Home > Bisnis

Toyota Ungkap Strategi Bertahan di Pasar Lewat Ekspor dan Pajak

Wakil Presiden Direktur TMMIN ungkap ekspor menjadi penyelamat industri otomotif nasional di tengah penurunan penjualan domestik
Dok. TMMIN
Dok. TMMIN

MOTORESTO.ID, JAKARTA -- Industri otomotif Indonesia tengah menghadapi tantangan penurunan penjualan domestik, namun masih bertahan berkat kontribusi ekspor yang signifikan. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil dari pabrik ke diler (wholesales) pada Juli 2025 mencapai 60.552 unit, naik 4,8 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencatat 57.799 unit. Penjualan retail juga tumbuh tipis 1,8 persen menjadi 62.770 unit.

Meski ada kenaikan bulanan, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, penjualan masih menunjukkan kontraksi cukup dalam. Wholesales Juli 2025 turun 18,4 persen dari 74.230 unit pada Juli 2024, sementara retail merosot 17 persen dari 75.588 unit. Secara kumulatif, sepanjang Januari–Juli 2025, wholesales mencapai 435.390 unit atau turun 10,1 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada 2024, angka wholesales juga melemah 13,9 persen menjadi 865.723 unit dari 1.005.802 unit pada 2023.

Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, menegaskan bahwa ekspor menjadi faktor terbesar yang membuat industri otomotif tetap bertahan.

“Ekspor kita sekarang sudah ke Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Kita bahkan sudah menjadi backup ekspor untuk Jepang. Saat ini, komposisi ekspor sekitar 60 persen, sedangkan domestik 20 persen. Nilai itu belum termasuk komponen. Kalau komponen ditambahkan, bisa naik 20–30 persen lagi,” ujarnya.

Bob juga menyoroti pentingnya relaksasi pajak seperti PPNBM yang pernah diterapkan saat pandemi COVID-19. Menurutnya, kebijakan tersebut terbukti meningkatkan penerimaan pemerintah dan layak diteruskan, termasuk untuk mendorong adopsi kendaraan listrik (EV).

“Relaksasi pajak seperti PPNBM saat pandemi COVID-19 terbukti justru meningkatkan penerimaan pemerintah. Jadi relaksasi yang positif perlu terus didorong, termasuk untuk kendaraan listrik (EV).” tambahnya.

× Image