Mobil Eropa Bakal Masuk Indonesia Tanpa Bea Masuk, Harga Lebih Terjangkau?

MOTORESTO.ID, BALI – Pemerintah Indonesia resmi menandatangani kesepakatan perdagangan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) bersama Uni Eropa pada Senin (23/9/2025) di Bali. Perjanjian ini menjadi tonggak penting dalam hubungan dagang Indonesia–Eropa, karena lebih dari 96–98 persen tarif akan dihapuskan, termasuk untuk sektor otomotif.
Sebelumnya, setiap unit mobil asal Eropa dikenakan tarif bea masuk sebesar 50 persen. Kebijakan ini membuat produk seperti Mercedes-Benz, BMW, Audi, Volkswagen, hingga Ferrari cenderung berada di segmen premium dengan harga jauh lebih tinggi dibandingkan kompetitor Jepang maupun Tiongkok.
Mobil Eropa Berpotensi Lebih Kompetitif
Dengan adanya IEU-CEPA, tarif bea masuk mobil Eropa dipangkas menjadi 0 persen dalam lima tahun ke depan. Artinya, mobil-mobil asal Jerman, Prancis, Italia, dan negara Uni Eropa lainnya akan hadir dengan harga yang lebih kompetitif di pasar domestik.
Kondisi ini diperkirakan bakal mengubah peta persaingan otomotif nasional. Selama ini, pasar Indonesia masih dikuasai oleh mobil Jepang yang mendominasi hampir seluruh segmen, dari mobil penumpang hingga kendaraan niaga ringan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor mobil dari Jepang ke Indonesia pada 2024 mencapai lebih dari US$1,09 miliar, tertinggi di antara negara lainnya. Sementara impor dari Jerman hanya tercatat sebesar US$323,4 juta, jauh lebih rendah.
Tren Produksi Mercedes-Benz dan BMW
Di sisi produksi, data GAIKINDO menunjukkan bahwa sepanjang Januari–Agustus 2025, Mercedes-Benz memproduksi 1.046 unit kendaraan di Indonesia, dengan rincian 38 unit impor utuh (CBU) dan 1.008 unit rakitan lokal (CKD).
Sementara itu, BMW mencatat total produksi 1.620 unit, terdiri dari 226 unit impor utuh dan 1.394 unit CKD. Angka ini menempatkan BMW sedikit lebih tinggi dibanding Mercedes-Benz.
Dengan tarif impor nol persen, kedua merek premium Eropa ini diyakini akan semakin agresif menggarap pasar Indonesia.
Dampak bagi Pasar dan Konsumen

Meski harga pasti masih menunggu implementasi teknis, kebijakan ini berpotensi membuat mobil Eropa lebih terjangkau untuk konsumen kelas menengah atas. Selain itu, pabrikan Jepang dan Tiongkok akan menghadapi tekanan untuk menyesuaikan strategi harga dan pemasaran mereka.
Tren impor beberapa tahun terakhir juga memperlihatkan dinamika baru. Sejak 2022, impor kendaraan Indonesia meningkat pesat, dengan Tiongkok bahkan mencatat lonjakan hingga hampir US$2 miliar pada 2024, terutama karena permintaan electric vehicle (EV).
Jika mobil Eropa bisa masuk dengan harga lebih kompetitif, bukan tidak mungkin konsumen Indonesia akan memiliki lebih banyak pilihan, khususnya di segmen premium. Hal ini sekaligus menandai babak baru persaingan otomotif nasional.