Tragedi yang Membayangi Ferrari di Formula 1 1982, Villeneuve dan Pironi

MOTORESTO.ID, JAKARTA - Duet pembalap Gilles Villeneuve dan Didier Pironi memberikan harapan besar untuk kebangkitan Ferrari di 1982. Namun siapa sangka, tahun tersebut justru dikenang sebagai salah satu masa paling kelam dalam sejarah tim asal Maranello.
Rivalitas Dibalik Persahabatan

Villeneuve bukan sekadar pembalap cepat, tapi juga sosok yang membalap dengan hati, penuh loyalitas, dan dedikasi. Di sisi lain, Pironi dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan ambisius. Di awal musim, keduanya tampak kompak. Namun, tersembunyi rivalitas yang perlahan menggerogoti kepercayaan mereka.
Konflik antar keduanya memuncak pada ajang Grand Prix San Marino 1982. Ketika pesaing utama yakni Renault mundur dari lomba, Ferrari berhasil merebut posisi 1-2. Tim mengarahkan keduanya menjaga posisi. Tapi Pironi justru menyalip Villeneuve di lap terakhir dan meraih kemenangan.
Bagi Villeneuve, itu tak hanya sebuah insiden, melainkan sebuah pengkhianatan. Ia turun dari 126C2 nya tanpa sepatah kata pun kepada Pironi. "I will not speak to Pironi ever again" ucap Villeneuve, disitulah hubungan keduanya berakhir, dan dipenuhi kompetisi.
Gilles Villeneuve & Didier Pironi
Dua minggu kemudian, di kualifikasi GP Belgia (8 Mei 1982), Villeneuve tewas (32) ketika ingin menyalip Jochen Mass saat berusaha mencatat waktu lebih cepat dari Pironi. Mobil 126C2 nya menghantam tikungan dengan kecepatan 200 Kpj, membelah mobilnya dan melontarkannya dari mobil.
Dunia kehilangan salah satu pembalap ikonis. Pironi pun tak lepas dari bayang-bayang tragedi, seolah-olah ia diikuti malapetaka. Betul saja, saat Canadian Grand Prix, Pironi mengalami kecelakaan di awal mula balapan. Mobilnya mogok di starting line dan diseruduk oleh Riccardo Paletti's Osella, yang berujung kematian Paletti.
Tak lama dari itu, Pironi mengalami kecelakaan di German Grand Prix. Ia mengalami kecelakaan hebat yang mengkhiri karirnya. Beberapa tahun kedepan, Pironi tewas dalam kecelakaan PowerBoat pada 23 Agustus 1987 di umur 35 tahun.
Ferrari memang membawa pulang gelar konstruktor di akhir musim. Namun di balik pencapaian itu, yang tersisa hanyalah trauma, penyesalan, dan kehilangan. Luka yang tak pernah sepenuhnya sembuh dari sejarah tim yang penuh kebanggaan ini.