Eropa Mau Larang Serat Karbon, Masa Depan Industri Mobil Dipertaruhkan?

MOTORESTO.ID, JAKARTA - Serat karbon, material yang sangat terkenal dan bernilai tinggi di dunia otomotif kini terancam eksistensinya di masa depan. Dilansir dari CarscoopsUni Eropa sedang mempertimbangkan untuk melarang penggunaan serat karbon dalam kendaraan baru.
Fungsional dan Efektif
Serat karbon memiliki reputasi sebagai material yang lebih ringan dari alumunium dan lebih kuat dari baja, menjadikannya material pilihan dalam industri otomotif, terutama dalam meringankan bobot dan meningkatkan efisiensi.
Jika larangan ini diberlakukan, tentu akan berdampak signifikan bagi produsen mobil yang mengandalkan serat karbon untuk mengurangi berat kendaraan listrik dalam meningkatkan jangkauan.
Kekhawatiran EU
Uni Eropa mengklasifikasikan serat karbon sebagai material yang berbahaya dalam revisi terbaru dari End of Life Vehicles (ELV) Directive. Uni Eropa mempertimbangkan larangan ini karena kekhawatiran terhadap lingkungan dan keselamatan.
Serat karbon sulit didaur ulang karena strukturnya yang kompleks dan mahalnya proses pengolahan ulang. Karena saat dibuang, serat karbon dapat melepaskan partikel halus yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan merusak peralatan industri.
Meskipun demikian, jika disahkan, peraturan ini tidak akan berlaku sebelum tahun 2029, memberikan waktu bagi industri untuk menyesuaikan diri.
Dampak ke Pasar Global
Pasar global serat karbon diperkirakan akan melonjak menjadi USD 17,08 miliar pada tahun 2035, mencerminkan meningkatnya permintaan di berbagai sektor, termasuk otomotif, dirgantara, dan energi terbarukan.
Menurut Nikkei Asia, jika larangan dari Uni Eropa benar-benar diterapkan, dampaknya bisa sangat signifikan bagi para pemain utama seperti Toray Industries, Teijin, dan Mitsubishi Chemical, tiga perusahaan yang saat ini menguasai sekitar 54% pangsa pasar serat karbon dunia dan sangat bergantung pada ekspor ke pasar Eropa.
Bagi industri otomotif, khususnya produsen kendaraan listrik premium yang mengandalkan serat karbon untuk efisiensi dan performa, larangan ini dapat menjadi tantangan besar. Mereka kemungkinan harus berinovasi dengan material alternatif atau merancang ulang struktur kendaraan mereka agar tetap kompetitif.
Meski demikian, dengan tenggat waktu implementasi yang masih beberapa tahun ke depan, industri masih memiliki ruang untuk beradaptasi, berinvestasi dalam teknologi baru, dan mencari solusi yang lebih ramah lingkungan tanpa mengorbankan kualitas maupun performa.