Home > Bisnis

Audi Setop Ekspor Mobil ke AS, Tarif Impor 25 Persen Jadi Biang Masalah

Audi menghentikan sementara ekspor mobil ke Amerika Serikat menyusul tarif impor 25 dari pemerintahan Trump
Dok. Audi.com
Dok. Audi.com

MOTORESTO.ID, JAKARTA – Keputusan mendadak datang dari Audi. Produsen mobil premium asal Jerman itu menghentikan sementara pengiriman kendaraan ke Amerika Serikat mulai awal April 2025. Langkah ini merupakan respons langsung terhadap kebijakan tarif impor baru sebesar 25 persen yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump, yang menyasar mobil dan suku cadang impor dari berbagai negara.

Kebijakan tarif ini menjadi pukulan telak bagi industri otomotif, termasuk bagi Audi yang selama ini sangat bergantung pada ekspor dari pabrik-pabriknya di Eropa. Untuk saat ini, para dealer Audi di AS masih memiliki sekitar 37.000 unit mobil di inventaris mereka, cukup untuk menopang kebutuhan selama kurang lebih 60 hari ke depan. Namun setelah itu, krisis distribusi bisa saja terjadi jika tak ada solusi jangka pendek.

Mobil-mobil tambahan dari Audi sebenarnya telah tiba di pelabuhan AS, namun tidak akan dikirimkan ke dealer sampai ada keputusan lebih lanjut. Perusahaan induk Audi, Volkswagen Group, bisa saja mengalihkan produksi ke fasilitas yang dimiliki di Chattanooga, Tennessee. Namun proses ini tidak instan, dan hanya bisa dilakukan untuk model-model tertentu.

Selain itu, ada opsi untuk memanfaatkan pabrik Scout—merek baru di bawah VW Group—tetapi fasilitas itu belum beroperasi penuh dan diperkirakan baru bisa berjalan dalam dua tahun mendatang. Artinya, Audi harus memilih antara menunggu atau menaikkan harga untuk menutupi beban tarif, sesuatu yang bisa berdampak pada daya saing di pasar premium AS.

Situasi ini bukan hanya menghantam Audi. Jaguar Land Rover juga dilaporkan mengambil langkah serupa, menghentikan sementara ekspor ke AS sambil meninjau strategi distribusinya.

Kondisi ini menjadi titik krusial bagi Audi di pasar Amerika. Jika pemerintah AS melonggarkan tarif atau memberikan pengecualian, maka alur distribusi bisa kembali normal. Namun jika tidak, langkah ekstrem termasuk restrukturisasi harga dan strategi produksi akan menjadi keniscayaan.

× Image