Strategi Hadapi Maraknya Mobil China di Tanah Air, Lima Langkah Ini Perlu Dilakukan
MOTORESTO.ID,JAKARTA--Sejumlah pabrikan mobil listrik asa China kini gencar mengembangkan bisnis mereka ke Asia Tenggara termasuk Indonesia. Langkah ini dilakukan untuk menyalurkan kelebihan kapasitas produksi di pasar domestik China.
Untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat manufaktur EV Asia Tenggara, Howard Yu, Direktur IMD Center for Future Readiness, sebuah lembaga pendidikan bisnis asal Swiss dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu memberikan beberapa langkah yuang perlu dilakukan.
Pertama, mengembangkan kebijakan, aturan, dan insentif, untuk mendukung adopsi dan manufaktur kendaraan listrik, misal berupa pembebasan pajak, subsidi, infrastruktur pengisian daya, dan persyaratan kandungan lokal.
Kedua, fokus pada penyediaan listrik pada angkutan umum (bus, kendaraan roda 2, roda 3) dan armada komersial, sebab lebih hemat biaya tertinggi. Ketiga, menarik investasi asing dan kolaborasi untuk manufaktur kendaraan listrik, produksi baterai, dan pengolahan mineral.
Keempat, Memanfaatkan cadangan nikel Indonesia yang besar dengan menawarkan insentif. Dengan memberikan keringanan pajak dan subsidi kepada pembuat kendaraan listrik dan baterai, diharapkan bisa meningkatkan kemampuan pemrosesan dan manufaktur hilir untuk baterai dan kendaraan listrik. Sehingga, bisa bersaing dengan China, Korea Selatan, dan Jepang, yang memiliki teknologi dan manufaktur baterai yang lebih unggul.
Kelima, Bekerja sama dengan negara Asia Tenggara lain untuk menyelaraskan standar kendaraan listrik, insentif, dan infrastruktur untuk menciptakan pasar dan rantai pasokan regional.
Sistem White Label
Perkembangan industri otomotif Cina yang fantastis membuka peluang negeri Tirai Bambu tersebut menguasai pasar mobil EV global pada tahun 2030. Apalagi produk mobil listrik China umumnya dibanrol dengan harga lebih murah dari produk kompetitor asal Jepang, Korea ataupun Eropa, plus tawaran fasilitas canggih untuk memancing konsumen.
Tak mengherankan bila presiden AS, Joe Biden Joe Biden mengumumkan tarif pajak 100 persen. Tarif ini diberlakukan untuk melindungi pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat dari serbuan kendaraan listrik impor asal China.
Howard Yu, memperkirakan ke depan pabrikan mobil listrik China bakal menerapkan sistem white-label untuk mengakali aturan tarif ini. Mirip dengan strategi "Intel Inside" dimana produsen laptop menggunakan prosesor Intel tanpa merakit CPU mereka sendiri.
Pabrikan China akan menjual komponen, baterai, teknologi, atau semikonduktor mereka. Saat ini BYD juga sudah memasok chipset dari pabrik semikonduktor mereka ke Fiat dan Toyota di China. Jadi, hal serupa besar kemungkinan akan diterapkan ke negara-negara lain termasuk AS. "Dengan cara ini, margin yang didapat bisa lebih besar," katanya.
Sebagai contoh, tidak ada produsen yang mendapat uang dari AC rakitan. Pendapatan terbesar ada di produsen kompresor. Sama halnya dengan PC: merakit PC tidak menghasilkan uang lebih banyak dari mereka yang menjual chipset dan perangkat lunak. "Jadi, saya kira industri mobil bergerak ke arah yang sama," paparnya.