Harga Mobil Listrik di Tiongkok Anjlok, Pemerintah Cina Peringatkan Bahaya Perang Harga

MOTORESTO.ID, JAKARTA – Industri otomotif Tiongkok tengah menghadapi dinamika besar. Perang harga mobil listrik (EV) yang semakin sengit membuat harga kendaraan jatuh ke titik terendah, memicu kekhawatiran pemerintah. Bahkan, Presiden Xi Jinping turun tangan memberi peringatan serius terkait fenomena ini.
Dikutip dari Carscoops, Xi menyoroti bahaya “involusi”, kondisi ketika perusahaan terus mengucurkan investasi besar namun hasil yang didapat justru semakin kecil. Menurutnya, fenomena ini tidak hanya melanda sektor kecerdasan buatan (AI) dan komputasi, tetapi juga mulai menghantam industri otomotif.
Di pasar domestik, potongan harga memang ekstrem. Mobil listrik subkompak BYD Seagull kini dijual hanya ¥55.800 (sekitar Rp126 juta), sementara versi ekspornya, Dolphin Surf, dibanderol setara Rp420 juta di Eropa. Berdasarkan laporan Bloomberg, diskon rata-rata EV di Tiongkok mencapai 17% pada April 2025, naik drastis dari 8% pada tahun sebelumnya.
Meski raksasa seperti BYD, Li Auto, dan Seres masih membukukan keuntungan, banyak produsen kecil justru kesulitan bertahan. Sejumlah pabrik mobil listrik bahkan beroperasi di bawah kapasitas, ada yang hanya memanfaatkan 2% dari total kapasitas produksi.
Untuk menekan dampak negatif, pemerintah Tiongkok mengajukan amandemen aturan penetapan harga agar produsen tidak banting harga berlebihan. Selain itu, ekspor juga digencarkan sebagai solusi agar pasar domestik tidak semakin jenuh. Saat ini, mobil asal Tiongkok sudah menyumbang sekitar 5,1% dari total penjualan kendaraan baru di Eropa.
Dampak Perang Harga Mobil Listrik
- Harga Lebih Murah untuk Konsumen: EV makin terjangkau, tapi margin produsen menipis.
- Tekanan bagi Produsen Kecil: Banyak yang terancam bangkrut karena tidak sanggup mengikuti perang harga.
- Overproduksi Pabrik: Utilisasi rendah, bahkan ada yang hanya 2%.
- Ancaman Ekonomi: Xi Jinping memperingatkan bahaya “involusi” yang bisa menghambat pertumbuhan.
- Dorongan Ekspor: Mobil Tiongkok makin agresif di pasar global, dengan pangsa 5,1% di Eropa.
Fenomena ini menunjukkan bahwa meski konsumen diuntungkan dengan harga lebih murah, persaingan sengit justru bisa mengguncang stabilitas industri dan perekonomian jangka panjang.