Bicara Mobil Listrik, Suzuki: Tantangan Terbesar Bukan di Harga

MOTORESTO.ID, JAKARTA — Di tengah maraknya perang harga mobil listrik di Indonesia, Suzuki memilih langkah yang lebih hati-hati. Bukan dengan menurunkan harga, tetapi dengan menekankan pentingnya value atau nilai keseluruhan yang diterima konsumen sebagai kunci keberhasilan strategi penjualan di era elektrifikasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Dony Ismi Saputra, 4W Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), saat ditemui Motoresto.id.
Ia menjelaskan bahwa setiap merek otomotif memiliki strategi dan segmen pasar yang berbeda, sehingga tidak bisa menerapkan pendekatan harga yang sama.
“Kalau kami sendiri melihat bahwa strategi harga tergantung dari value masing-masing merek. Tidak bisa serta-merta kita samakan, karena target konsumen setiap produk berbeda. Strategi kompetitor yang menjual mobil murah belum tentu efektif bagi merek lain,” ujar Dony.
Menurutnya, nilai sebuah kendaraan tidak hanya ditentukan oleh harga pembelian (acquisition cost), tetapi juga oleh biaya perawatan (maintenance cost), biaya operasional, dan terutama nilai jual kembali (resale value). Dalam konteks mobil listrik, resale value menjadi isu penting karena belum memiliki kestabilan di pasar domestik.
“Perang harga membuat resale value jadi tidak pasti dan sulit diprediksi. Ini bisa mengurangi kepercayaan konsumen terhadap mobil listrik,” tegas Dony.
Untuk menggambarkan perbedaan strategi antar merek, Dony menggunakan analogi nasi goreng. Menurutnya, seperti halnya penjual nasi goreng yang punya cita rasa dan pelanggan berbeda, setiap merek otomotif pun punya karakter, fitur, dan target pasar tersendiri.
“Yang satu jual pedas, yang lain asin, manis, atau pakai kecap hitam. Semua ada konsumennya. Begitu juga mobil, tergantung preferensi dan ekspektasi pengguna,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa harga murah tidak selalu berarti terbaik, karena konsumen kini semakin memperhatikan faktor kenyamanan dan ketenangan pikiran (peace of mind).
“Beli murah tapi purna jualnya buruk justru bisa jadi masalah baru,” tambahnya.
Dony memperkirakan bahwa untuk segmen mobil listrik entry-level, kisaran harga yang ideal berada di atas Rp200 juta, tergantung dari fitur dan nilai tambah yang ditawarkan.
Selain itu, Dony juga menyinggung tentang kesiapan Suzuki dalam menghadapi era elektrifikasi. Menurutnya, Suzuki tengah memastikan seluruh aspek ekosistemnya siap. Mulai dari jaringan dealer, teknisi, hingga sistem pengelolaan limbah dan baterai litium.
“Kesiapan kami mencakup dealer, salesman, teknisi, pengolahan limbah, hingga mitigasi risiko baterai litium. Semua kami siapkan agar produk yang kami tawarkan bisa berjalan dengan mulus,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa pemahaman terhadap karakter konsumen menjadi hal penting, karena loyalitas dan kebutuhan pengguna berbeda-beda di tiap merek.
