Konsumen AS Kini Lebih Memilih Mobil Hybrid daripada Listrik, Ini Penyebabnya

MOTORESTO.ID, JAKARTA -- Tren kendaraan elektrifikasi mengalami arah berbeda di dua belahan dunia. Di saat Indonesia gencar mendorong adopsi mobil listrik murni (Battery Electric Vehicle/BEV) dengan berbagai insentif, pasar Amerika Serikat justru menunjukkan gejala sebaliknya. Konsumen di Negeri Paman Sam kini lebih condong memilih mobil hybrid konvensional (HEV) ketimbang BEV.
Menurut laporan terbaru American Automobile Association (AAA) yang dikutip Inside EVs, minat terhadap mobil listrik murni di AS telah turun ke titik terendah sejak 2019. Dari 1.128 responden yang disurvei, hanya 16 persen yang menyatakan kemungkinan besar akan membeli BEV dalam waktu dekat. Sebaliknya, sebanyak 63 persen mengaku tidak tertarik sama sekali.
Penurunan ini didorong oleh berbagai faktor yang sudah lama menjadi tantangan BEV: harga beli yang tinggi, kecemasan terhadap jarak tempuh terutama saat musim dingin, serta ketidakpastian kebijakan pemerintah terkait insentif dan infrastruktur pengisian daya. Salah satu kekhawatiran lain yang kian menonjol adalah mahalnya biaya penggantian baterai dalam jangka panjang.
Di sisi lain, mobil hybrid justru menunjukkan pertumbuhan signifikan. Penjualan hybrid di AS melonjak hingga 45 persen pada kuartal pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka ini jauh melampaui pertumbuhan BEV yang hanya naik 2,7 persen.
Mobil hybrid, khususnya HEV, dinilai lebih praktis karena tidak memerlukan pengisian daya seperti BEV atau PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle). Selain efisien dalam konsumsi bahan bakar, kendaraan ini tetap memberikan kenyamanan dalam penggunaan harian tanpa perlu bergantung pada infrastruktur pengisian listrik yang belum merata.
Fenomena ini berbanding terbalik dengan situasi di Indonesia, di mana pemerintah justru mendorong percepatan elektrifikasi melalui subsidi besar untuk BEV, keringanan pajak, hingga pengembangan ekosistem Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).