Ramai Mobil Bekas 0 Km di China, Ini Dampaknya bagi Industri Otomotif

MOTORESTO.ID, TIONGKOK -- Fenomena mobil bekas nol kilometer tengah ramai jadi sorotan di pasar otomotif China. Mobil-mobil ini sejatinya belum pernah dikendarai, namun secara administratif sudah terdaftar sebagai kendaraan bekas. Secara fisik masih baru, tapi secara hukum statusnya bukan lagi mobil baru.
Fenomena ini bukan tanpa sebab. Overproduksi yang terjadi di industri otomotif China mendorong pabrikan dan dealer melakukan segala cara untuk mengosongkan stok dan mencapai target penjualan. Salah satunya, dengan meregistrasikan mobil agar tercatat sebagai terjual, lalu menjualnya kembali sebagai unit bekas nol kilometer. Harga jual yang lebih murah jadi daya tarik utama di tengah tekanan pasar.
Namun di balik strategi ini, muncul dampak serius bagi industri. Praktik ini mendistorsi data penjualan karena mobil terhitung sebagai unit terjual padahal belum benar-benar digunakan oleh konsumen. Akibatnya, laporan penjualan bisa tampak bagus di atas kertas, tetapi tidak mencerminkan permintaan riil pasar.
Surat kabar milik pemerintah China, People’s Daily, mengecam fenomena ini sebagai bentuk “pemotongan harga terselubung” yang merusak persaingan sehat. Bahkan, disebut sebagai contoh nyata dari involusi—kompetisi internal yang justru menghambat kemajuan industri.
Dampaknya meluas: produsen kehilangan margin keuntungan, inovasi terhambat karena fokus pada volume bukan kualitas, dan konsumen bisa dirugikan karena kehilangan hak-hak sebagai pemilik mobil baru. Risiko tersembunyi seperti degradasi baterai selama penyimpanan juga mengintai.
Jika tidak diatur secara tegas, fenomena mobil bekas 0 km bisa menjadi bom waktu bagi industri otomotif terbesar di dunia. Pemerintah China kini didesak untuk memperketat pengawasan, mulai dari sistem pelacakan kendaraan hingga aturan penjualan pasca-registrasi.