Home > Bisnis

Terdesak Krisis, Nissan Pertimbangkan Jual Kantor Pusatnya

Rencana tersebut tidak terlepas dari tekanan finansial dan tarif tinggi dari AS
Dok. Carscoops
Dok. Carscoops

MOTORESTO.ID, YOKOHAMA -- Nissan tengah menghadapi krisis keuangan yang semakin dalam, diperparah oleh kebijakan tarif impor Amerika Serikat sejak awal April 2025 di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Salah satu langkah drastis yang dikabarkan sedang dipertimbangkan pabrikan asal Jepang ini adalah menjual kantor pusatnya di Yokohama.

Menurut laporan Nikkei Asia dan Carscoops, kantor pusat Nissan telah masuk dalam daftar aset yang akan dijual sebelum Maret 2026. Gedung tersebut telah menjadi markas Nissan sejak pindah dari Tokyo pada 2009, dan terletak strategis di dekat Stasiun Yokohama. Nilai properti itu diperkirakan lebih dari 100 miliar yen atau sekitar USD 698 juta. Penjualan ini diyakini bisa membantu Nissan menghimpun dana untuk menutup tujuh dari 17 pabrik globalnya.

Belum ada konfirmasi resmi soal rencana pasca-penjualan. Namun, kemungkinan besar Nissan akan menjual properti tersebut lalu menyewa kembali untuk tetap beroperasi di lokasi yang sama—strategi yang sebelumnya dilakukan oleh McLaren ketika menjual markasnya di Woking, Inggris, senilai USD 237 juta dan kemudian menyewa kembali selama 20 tahun.

Tarif baru dari AS telah memperparah kondisi keuangan Nissan yang memang sudah rapuh. Pemerintah Jepang sendiri berharap bisa menegosiasikan ulang kebijakan tersebut, mencontoh perjanjian antara AS dan Inggris serta jeda tarif dengan Tiongkok. Bulan ini, perwakilan Jepang dan AS telah bertemu untuk mencari solusi dari polemik ini.

“Kami telah menyampaikan niat untuk terus meminta penghindaran tarif secepatnya,” ujar Ketua Asosiasi Produsen Mobil Jepang, Masanori Katayama.

“Namun karena ini adalah proses negosiasi, banyak hal yang bisa terjadi. Sampai kini masih belum pasti berapa lama tarif ini akan berlangsung.”

Pemerintah Jepang juga telah menyediakan layanan konsultasi keuangan bagi perusahaan yang terdampak, termasuk sektor rantai pasok. Namun, pembagian beban tarif antar produsen dan pemasok belum menemukan kejelasan.

“Kami belum memutuskan bagaimana menangani tarif Trump in Belum ada diskusi jelas tentang berapa bagian yang ditanggung oleh pemasok, dan berapa oleh produsen. Kita semua berada di kapal yang sama.” kata Katayama.

× Image