Menikmati Geliat Industri Otomotif China di Saat Perang Dagang Global

MOTORESTO.ID,SHANGHAI--Pameran Internasional Otomotif Shanghai telah usai. Pameran ke-21 kali ini terselenggara di saat terjadinya perang dagang AS dan Cina serta sejumlah negara lain. Namun, tampaknya sengketa perdagangan global tersebut tidak berdampak banyak bagi perkembangan industri otomotif China yang dalam beberapa dekade belakangan meroket tajam, melampaui AS dan banyak negara lain.
Selama ini pabrikan mobil Barat tidak bergerak cukup cepat untuk mengejar apa yang terjadi di China, dan tren bisnis akhir-akhir ini bergerak dari timur ke barat.
Itulah perspektif Tu Le, pendiri dan direktur pelaksana konsultan Sino Auto Insights seperti dikutip laman Autoweek. Le berbicara dengan Jamie Butters dari Automotive News untuk seminar daring Automotive Press Association minggu ini selama Auto Shanghai , yang berlangsung hingga 2 Mei.
Sebagai perspektif, Le menunjukkan Pameran Mobil Internasional New York yang baru saja selesai menempati sekitar empat lapangan sepak bola, tetapi pameran mobil dua tahunan Shanghai menempati 17 lapangan sepak bola.
Berbeda dengan beberapa dekade sebelumnya, saat mobil dari produsen lama seperti GM, Volkswagen, atau BMW menjadi pusat perhatian, tahun ini pelopor kendaraan listrik (EV) Chinalah yang menjadi pusat perhatian.
Hal itu tampak dari perhatian publik yang tersita pada peluncuran mobil sport listrik yang sangat dinanti-nantikan dari BYD, raksasa kendaraan listrik yang juga merupakan produsen mobil terkemuka di Tiongkok. "Denza Z barunya adalah "bukti dari desain emosional murni" dan "performa ekstrem," kata Wolfgang Egger, mantan desainer Audi dan Lamborghini yang sekarang mengarahkan desain BYD.
Tahun lalu, BYD, mengalahkan produsen mobil listrik AS, Tesla, dengan kendaraan hibrida dan listriknya. BYD juga telah menyalip Volkswagen, yang merupakan perusahaan dengan penjualan mobil penumpang terbanyak di dalam negeri.
Bukan merek kelas dua
Firma analisis energi Rho Motion seperti dikutip CNN, menilai konsumen di Chian tampaknya tidak lagi melihat merek lokal sebagai kelas dua. Mereka mulai secara konsisten membeli lebih banyak kendaraan dari produsen mobil lokal daripada merek yang didukung asing pada tahun 2023. Hingga tahun lalu, negara tersebut menguasai lebih dari 60 persen pasar kendaraan listrik global yang berkembang pesat.
Peristiwa ini merupakan tontonan yang sangat spektakuler. Meski industri otomotif global sedang diguncang kebijakan tarif Presiden Donald Trump pada semua mobil yang diimpor ke Amerika Serikat, namun hal tersebut tidak membuat industri otomotif China mati angin.
Bahkan sektor kendaraan listrik di Tiongkok mampu bersaing dengan ekonomi terbesar di dunia dan inovator terkemuka. Kini, bagi konsumen Tiongkok, berkendara bukan hanya soal fungsi, tetapi juga kesenangan.
Produsen mobil berlomba menarik pelanggan dengan menawarkan sistem hiburan lengkap dengan beberapa layar yang dapat dipasangkan dengan ponsel, kursi pijat getar yang dapat direbahkan seperti La-Z-Boys, dan kontrol yang diaktifkan dengan suara untuk semuanya.
Dan tentunya semua fasilitas premium itu dapat dinikmati dengan harga terjangkau. Tampaknya industri otomotif global harus mengintensifkan keterlibatannya di China agar tidak tertinggal.