Carlos Sainz Ungkap Tantangan Adaptasi F1, Tak Kaget Lewis Hamilton Kesulitan Bawa SF-25

MOTORESTO.ID, JAKARTA -- Mengawali musim 2025, dua mega bintang Formula 1, Carlos Sainz dan Lewis Hamilton—saling bertukar kursi, dengan Sainz bergabung ke Williams Racing dan Hamilton ke Scuderia Ferrari. Keduanya kini merasakan sendiri betapa kompleksnya proses beradaptasi dengan mobil dan tim baru.
“Saya tidak kaget Lewis kesulitan membawa SF-25,” buka Sainz. “Banyak yang menganggap kami hanya mencari alasan ketika butuh waktu untuk beradaptasi. Padahal, segalanya berubah: karakteristik mobil, cara kerja tim, hingga komunikasi teknis.”
Sainz menuturkan, langkah pertama adalah mendalami data dan mengoptimalkan simulator. Ia harus ekstra waktu di fasilitas Williams untuk memahami dinamika FW47, apalagi di hadapan rekan setim Alexander Albon yang sudah nyaman dengan mobil itu. Proses inilah yang menurutnya memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bisa menghabiskan sepertiga hingga setengah musim sebelum performa puncak muncul.
“Lewis berada di posisi yang sama, Charles Leclerc sudah sangat mengenal mobil dan kultur Ferrari. Itu membuat adaptasi Lewis menjadi lebih menantang.” Kata Sainz.
Kondisi ini, menurutnya bukan sekadar soal keahlian membalap, tapi juga menyangkut mentalitas terbuka untuk terus belajar dari setiap sesi dari data engineer hingga setingan final.
“Saya sudah beberapa kali mengalami situasi ini. Kalau punya pola pikir yang tepat, hasilnya akan datang. Tidak ada jalan pintas. Setiap lap dan setiap diskusi teknis adalah bagian dari proses memecahkan kode,” ujarnya.
Inti artikel ini menekankan bahwa pergantian tim dalam F1 bukan sekadar mengganti seragam, melainkan menuntut pemahaman mendalam terhadap karakter mobil, prosedur kerja, dan budaya tim. Bagi Hamilton, sebuah tantangan besar menaklukkan SF-25, begitu pula bagi Sainz dengan FW47 kedua pembalap sama-sama harus kerja keras sebelum menemukan performa terbaik.