Home > Mobil

Bicara Soal Nasib LCGC 2023, Begini Ceritanya

Daihatsu masih terus mengembangkan Ayla EV di pabrik Karawang, Jawa Barat

MOTORESTO.ID, JAKARTA--Produksi kendaraan terjangkau dan ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) yang banyak diminati masyarakat menengah ke bawah, nasibnya bergantung pada kebijakan pemerintah. Perkembangan pasar LCGC banyak dipengaruhi pasang surut perekonomian nasional yang terdampak akibat pandemi Covid-19 lalu.

Tahun 2018 pasar ini 90 persen dikuasai first buyer atau mereka yang menjadikan LCGC sebagai kendaraan utama mereka. Namun, setelah pandemi pasar berkurang menjadi 70 persen. Berkurangnya pasar tersebut karena banyak first buyer yang terganggu penghasilannya akibat pandemi Covid-19. "Dahulu 90 persen first buyer membeli LCGC secara cash, kini 80 persen membeli secara kredit," kata Direktur Marketing dan Direktur Corporate Planning & Communication PT Astra Daihatsu Motor, Sri Agung Handayani, Selasa (17/1).

Selain itu masa tenor kredit yang sebelumnya hanya 4 tahun, kini bertambah menjadi 5 hingga 6 tahun. Bahkan pihak Daihatsu sendiri juga telah menyiapkan tenor hingga 7 atau 8 tahun bagi konsumen. Meski konsekuensinya adalah harga kendaraan yang lebih mahal. "Diprediksi tenor yang lama akan meningkat," kata Hendrayadi Lastiyoso, Marketing and CR Relations Division Head PT Astra International Daihatsu
Sales Operation (AI-DSO).

Namun, pihaknya optimistis karena keberadaan LCGC tidak terlepas dari program pemerintah yang sedang mendorong industri ramah lingkungan, maka program ini akan berlanjut ke depannya. Salah satunya dibuktikan dengan fasilitas keringanan pajak kendaraan yang diberlakukan saat pandemi tahun lalu.

Di sisi lain pemerintah juga memperhatikan masyarakat yang ingin memiliki kendaraan dengan harga terjangkau dan ramah lingkungan. Selain harga jual etrjangkau amsyarakat juga menghendaki kendaraan yang mudah dan murah perawatannya.

Tahun 2023 diharapkan tren positif industri otomotif nasional akan berdampak pada bisnis LCGC secara keseluruhan. Dalam dua tahun terakhir pasar first buyer meningkat hingga 80 persen. "Artinya daya beli masyarakat khususnya first buyer meningkat, kalau ekonomi membaik, market ini akan membaik," kata Hendrayadi.

Keduanya juga menyinggung soal keberadaan kendaraan listrik. Potensi pasar kendaraan jenis ini cukup besar. Namun, potensi pasar bergantung pada demand keinginan dan demand untuk membeli. Meski keinginan memiliki meningkat, namun kemampuan membeli belum tentu meningkat karena harga kendaraan listrik pada umumnya masih mahal khususnya baterai. "Kita masih study apakah ini real basic atau tren setter demand," kata Hendrayadi.

Namun, pihaknya kini masih terus mengembangkan Ayla EV di pabrik Karawang Jawa Barat. Sehingga apabila pasar kendaraan istrik sudah berkembang, pihaknya akan menjadi pabrikan yang siap memasarkan kendaraan listrik. Karena pihaknya tidak sekedar memproduksi kendaraan, melainkan juga pengolahan limbah yang harus dipikirkan dengan matang. "Kami tidak akan memasarkan Ayla tahun ini, kalau demand sudah ada kami siap," katanya.

 

× Image