motoresto.id/, KUDUS — Pasar kendaraan listrik di Indonesia terus berkembang, namun dinamika persaingan dan kebijakan pemerintah turut memberi tantangan tersendiri bagi para pelaku industri.
Polytron Indonesia, sebagai salah satu produsen motor listrik lokal, menegaskan tetap optimistis menghadapi kompetisi ketat, baik dari merek global maupun pemain domestik, meski insentif subsidi kendaraan listrik saat ini belum kembali dibuka.
Hal tersebut disampaikan Ilman Fachrian, Head of Group Product EV 2W Polytron Indonesia, saat menanggapi kondisi persaingan kendaraan listrik nasional yang semakin padat. Menurutnya, pasar Indonesia kini menjadi arena kompetisi terbuka bagi berbagai merek dengan latar belakang berbeda.
“Kita bersaing dengan brand global maupun lokal. Kalau dari Polytron sendiri, kami siap meramaikan pasar dan menawarkan produk terbaik. Pada akhirnya, pasar yang akan memilih mana produk yang paling sesuai untuk mereka,” ujar Ilman.

Persaingan tersebut tak lepas dari perubahan situasi pasar pasca dihentikannya subsidi motor listrik dari pemerintah. Ilman mengakui bahwa kebijakan tersebut sempat memberikan dampak signifikan terhadap penjualan kendaraan listrik, khususnya di segmen roda dua.
“Kalau dibandingkan saat masih ada subsidi, penurunan pasar memang terasa, mungkin hampir lebih dari 50 persen,” ungkapnya.
Meski demikian, Polytron memilih untuk tidak terlalu bergantung pada insentif pemerintah. Sebagai perusahaan manufaktur, Polytron menegaskan fokus utamanya adalah pada pengembangan produk yang relevan dan mampu diterima pasar dalam berbagai kondisi.
“Kami bukan perusahaan dagang, tapi manufaktur. Artinya, kami harus terus memproduksi sesuatu. Tantangannya adalah bagaimana produk itu bisa diterima, baik dengan subsidi maupun tanpa subsidi,” jelas Ilman.
Strategi tersebut tercermin dari pendekatan Polytron yang menitikberatkan pada kualitas produk, efisiensi produksi, serta pemahaman terhadap kebutuhan konsumen lokal. Alih-alih menunggu kebijakan baru, perusahaan memilih untuk menyesuaikan diri dengan situasi pasar yang ada.
Ilman juga menegaskan bahwa pihaknya tidak ingin berspekulasi mengenai kelanjutan kebijakan subsidi kendaraan listrik yang disebut-sebut berpotensi kembali dibuka pada 2026. “Saya tidak bisa berkomentar soal kebijakan yang bukan ranah saya. Yang jelas, kami fokus pada bagaimana menghadapi kondisi yang ada saat ini,” ujarnya.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa Polytron melihat pasar kendaraan listrik Indonesia dalam perspektif jangka panjang. Dengan persaingan yang semakin terbuka dan konsumen yang semakin kritis, keberlanjutan produk dinilai lebih penting dibanding ketergantungan pada insentif.
Ke depan, pasar kendaraan listrik nasional diprediksi akan semakin matang. Konsumen tidak hanya mempertimbangkan harga, tetapi juga kualitas, layanan purnajual, serta keandalan produk.
